Kadonesia.com — Ada masa di mana segalanya terasa kosong.
Kita masih tersenyum, tapi tidak benar-benar bahagia.
Kita masih bekerja, tapi kehilangan arah.
Kita masih shalat, tapi hati terasa hampa.
Pelan-pelan, tanpa disadari, hati kita mulai menjauh dari Allah — bukan karena niat buruk, tapi karena terlalu lama sibuk dengan dunia.
Padahal hati adalah pusat kehidupan.
Jika hati baik, seluruh amal menjadi baik. Tapi jika hati mulai rusak, hidup pun kehilangan arah.
Sayangnya, tanda-tanda hati yang menjauh dari Allah sering kali kita abaikan.
1. Ibadah yang Dijalankan Tanpa Rasa
Kita masih shalat, masih berpuasa, masih berzikir — tapi semuanya terasa seperti rutinitas.
Tak ada lagi getaran ketika takbir, tak ada rasa rindu dalam sujud.
Ibadah menjadi sekadar kewajiban administratif, bukan pertemuan dengan Sang Pencipta.
Itulah tanda pertama hati mulai kering.
Imam Al-Ghazali pernah berkata:
“Hati yang hidup akan bergetar saat berdzikir, tetapi hati yang mati tak tersentuh meski mendengar ayat-ayat Allah.”
Jika ibadah tidak lagi menenangkan, mungkin bukan waktunya berhenti — tapi saatnya menata kembali niat dan rasa rindu kepada Allah.
2. Lebih Sering Mengeluh daripada Bersyukur
Coba renungkan — berapa kali kita mengeluh dalam sehari?
Tentang pekerjaan, rezeki, keadaan, atau bahkan hal kecil?
Hati yang dekat dengan Allah melihat ujian sebagai panggilan cinta.
Namun hati yang jauh justru menganggap nikmat sebagai beban.
Allah berfirman dalam surah Al-Hadid ayat 16:
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun?”
Mungkin ayat ini adalah panggilan lembut untuk kita yang terlalu lama menunda pulang.
3. Dosa Terasa Biasa, Ibadah Terasa Berat
Dulu, saat terlambat shalat kita gelisah. Sekarang? Tenang-tenang saja.
Dulu, dosa kecil membuat kita menyesal. Kini, terasa biasa saja.
Inilah tanda hati mulai tertutup.
Hati yang jauh dari Allah kehilangan rasa malu di hadapan-Nya.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Jika seorang hamba berbuat dosa, maka akan muncul titik hitam di hatinya.
Jika ia bertaubat, maka hatinya bersih kembali. Namun jika terus mengulanginya, maka titik itu akan menutupi seluruh hatinya.”
(HR. Tirmidzi)
Ketika dosa terasa ringan dan ibadah terasa berat, itulah waktu terbaik untuk segera bertobat.
4. Dunia Terasa Lebih Menarik daripada Akhirat
Kita bisa menatap layar ponsel berjam-jam, tapi sulit menatap mushaf lima menit.
Kita bisa menonton serial berseason-season, tapi cepat bosan di majelis ilmu.
Bukan berarti kita tak boleh menikmati dunia, tapi jangan sampai dunia menggantikan Allah di hati.
Sebab dunia hanyalah tempat singgah, bukan rumah tinggal.
Siapa pun yang terlalu mencintainya, akan berat saat dipanggil pulang.
5. Tidak Lagi Menangis dalam Doa
Air mata bukan tanda lemah, tapi tanda hidupnya hati.
Hati yang dekat dengan Allah mudah tersentuh, mudah kembali.
Jika kini doa terasa kering, mungkin bukan karena Allah menjauh —
tapi karena hati kita yang sudah lama tidak mengetuk dengan lembut.
Allah selalu dekat, bahkan lebih dekat dari urat leher.
Kitalah yang sering sibuk hingga lupa arah pulang.
Jalan Pulang Selalu Terbuka
Jarak antara kita dan Allah bukan ditentukan oleh banyaknya dosa,
tetapi oleh seberapa cepat kita mau kembali.
Allah tidak menunggu kita sempurna — Dia hanya menunggu kita sadar.
Setiap sujud adalah pintu pulang.
Setiap dzikir adalah langkah kembali.
Setiap air mata taubat adalah bukti bahwa hati masih hidup.
Jangan tunggu kehilangan untuk kembali beribadah sungguh-sungguh.
Sebab hati yang hidup bukan yang tak pernah salah, tapi yang tak pernah berhenti mencari Allah.
