Ada masa dalam hidup di mana segalanya terasa hampa.
Kita masih tersenyum, tapi tak benar-benar bahagia.
Kita masih bekerja, tapi tak tahu untuk apa.
Kita masih shalat, tapi tak lagi merasa dekat dengan Allah.
Pelan-pelan, tanpa disadari, hati kita mulai menjauh dari-Nya.
Padahal hati — sebagaimana kata para ulama — adalah pusat kehidupan.
Jika hati baik, maka seluruh amal akan baik. Tapi jika hati rusak, maka seluruh hidup pun akan goyah.
Dan sayangnya, tanda-tanda hati yang mulai jauh dari Allah sering kali tidak kita sadari, atau bahkan kita abaikan.
🌙 1. Ibadah yang Dijalankan Tanpa Rasa
Kita masih menunaikan shalat, masih berpuasa, masih berzikir. Tapi semuanya seperti rutinitas.
Tak lagi ada getaran ketika takbir, tak ada air mata di doa, tak ada rindu di sujud.
Shalat terasa seperti kewajiban administratif — dilakukan karena “harus”, bukan karena “rindu”.
Padahal, tanda paling halus dari hati yang mulai kering adalah ketika ibadah tidak lagi membuat kita tenang.
Imam Al-Ghazali pernah berkata, “Hati yang hidup akan menangis saat berdzikir, tapi hati yang mati bahkan tak bergetar saat mendengar ayat-ayat Allah.”
Jika ibadah tak lagi menggugah, mungkin saatnya kita berhenti sejenak — bukan untuk mundur, tapi untuk menata kembali niat.
💭 2. Lebih Banyak Mengeluh daripada Bersyukur
Coba jujur sejenak: berapa kali kita mengeluh dalam sehari? Tentang pekerjaan, pasangan, rezeki, atau keadaan?
Dan berapa kali kita bersyukur dalam sehari, sekadar mengucap “Alhamdulillah”?
Hati yang dekat dengan Allah akan melihat setiap ujian sebagai panggilan kasih.
Sementara hati yang jauh, akan melihat nikmat pun sebagai beban.
Ketika setiap hal kecil terasa salah, mungkin bukan dunia yang berubah — tapi hati kita yang sudah gelap.
Allah berfirman dalam surah Al-Hadid ayat 16:
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun?”
Ayat ini bukan hanya peringatan, tapi panggilan lembut.
Bahwa mungkin kita terlalu lama menunda untuk kembali.
💔 3. Dosa Terasa Biasa, Ibadah Terasa Berat
Dulu, ketika kita terlambat shalat, hati terasa gelisah. Sekarang? Tenang-tenang saja.
Dulu, ketika berbuat dosa, ada penyesalan. Sekarang? Rasanya seperti hal kecil.
Inilah tanda bahaya yang sering luput kita sadari.
Hati yang jauh dari Allah kehilangan rasa malu di hadapan-Nya.
Dosa bukan lagi sesuatu yang mengganggu nurani, tapi dianggap wajar karena “semua orang juga melakukannya.”
Padahal Rasulullah ﷺ bersabda:
“Jika seorang hamba berbuat dosa, maka akan muncul titik hitam di hatinya. Jika ia bertaubat, maka hatinya bersih kembali. Tapi jika ia terus mengulanginya, maka titik itu akan semakin besar hingga menutupi hatinya.”
(HR. Tirmidzi)
Maka ketika ibadah terasa berat dan dosa terasa ringan, jangan tunggu lebih lama — segera basuh hati dengan taubat.
🕊️ 4. Dunia Terasa Lebih Menarik daripada Akhirat
Hati yang jauh dari Allah akan lebih sibuk mengejar yang fana, lupa pada yang abadi.
Kita bisa menatap layar ponsel berjam-jam, tapi sulit menatap mushaf lima menit.
Kita bisa menonton drama berseason-season, tapi merasa bosan di majelis ilmu.
Bukan berarti dunia harus ditinggalkan — tapi dunia jangan sampai menggantikan Allah di hati.
Sebab dunia hanya tempat singgah, bukan rumah tinggal.
Dan siapa pun yang terlalu mencintainya, akan berat melangkah saat dipanggil pulang.
🌧️ 5. Tidak Lagi Menangis dalam Doa
Pernahkah kamu merindukan air mata saat berdoa?
Tangisan itu bukan tanda lemah, tapi tanda hidupnya hati.
Hati yang dekat dengan Allah mudah tersentuh, mudah tersadar, mudah kembali.
Namun jika doa kita kini kering — mungkin bukan karena Allah tak mendengar, tapi karena hati kita yang tak lagi mengetuk dengan lembut.
Allah selalu dekat, bahkan lebih dekat dari urat leher.
Kitalah yang menjauh, tenggelam dalam dunia, lupa arah pulang.
✨ Kembali Sebelum Terlambat
Jarak antara kita dan Allah bukan diukur dari banyaknya dosa, tapi dari seberapa cepat kita mau kembali.
Allah tidak menunggu kita sempurna, Dia hanya menunggu kita sadar.
Setiap sujud adalah pintu pulang.
Setiap dzikir adalah jalan kembali.
Setiap air mata taubat adalah tanda bahwa hati masih punya harapan.
Jangan tunggu kehilangan untuk kembali beribadah dengan sungguh-sungguh.
Karena hati yang hidup bukan yang tak pernah salah, tapi yang tak berhenti mencari Allah.




